Pelatihan Audit Mutu Internal Bersertifikasi Kompetensi 2023

Pada tanggal 10 – 12 Juli 2023 telah dilaksanakan Pelatihan Audit Mutu Internal Bersertifikasi Kompetensi yang dilaksanakan di Kampus I Universitas Medan Area. Pelatihan ini diikuti oleh Direktur Pasca Sarjana, para Dekan Fakultas, para Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi, para Kepala Bidang, para GKM Prodi dan para Calon Auditor.

Peserta pelatihan

Narasumber kegiatan ini adalah Dr. Drs. Wonny Ahmad Ridwan, SE, MM yang merupakan Kepala Kantor Audit Mutu Internal IPB University.

Pada pelatihan ini, selain penyampaian materi juga terdapat praktik mengisi laporan evaluasi diri dan praktik visitasi.

Praktik visitasi

Foto bersama narasumber

Seminar Hasil Kuliah Kerja Nyata Tematik T.A. 2022/2023

Pada Semester Ganjil T.A 2022/2023, Program Studi Arsitektur UMA mendapatkan hibah Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) dari Kemdikbud yang salah satu programnya adalah Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT). Setelah melaksanakan program selama 5 bulan, para peserta KKNT melakukan seminar hasil bertempat di Ruang Sidang Fakultas Teknik UMA pada hari Sabtu, 4 Februari 2023.

Pemaparan hasil KKNT

Peserta KKNT memaparkan hasil kinerja mereka selama melakukan KKN di Desa Pematang Johar, Kabupaten Deli Serdang. Setelah pemaparan dari mahasiswa selesai, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan dosen pembanding. Pada sesi ini, diharapkan para mahasiswa peserta KKNT dapat menerima evaluasi dan masukan dari para dosen pembanding, agar ke depannya pada proses perkuliahan, desain yang dihasilkan para mahasiswa dapat lebih baik secara kualitas.

Sesi tanya jawab dengan dosen pembanding

Seminar ini dihadiri oleh seluruh peserta KKNT yaitu sejumlah 8 orang mahasiswa, beserta dosen pembanding sejumlah 2 orang, yaitu Ir. Suprayitno, MT dan Aulia Muflih Nasution, ST, M.Sc. Seminar ini juga dihadiri oleh dosen pembimbing KKNT, Ir. Neneng Yulia Barky, MT dan Saufa Yardha Moerni, ST, MT dan rekan-rekan mahasiswa.

Foto bersama

Street Furniture

Street furniture merupakan salah satu unsur ornamen dan dekorasi kota yang paling penting, namun sepertinya sering tidak menjadi prioritas bagi para perancang kota (Moughtin, et al., 1999). Kualitas visual ruang kota, selain dibentuk oleh fasade bangunan, juga dapat dihasilkan dari elemen-elemen street furniture yang ada di kota tersebut. Apa sajakah yang termasuk ke dalam kategori street furniture?

Harris dan Dines (1988) mendefinisikan street furniture sebagai semua elemen yang ditempatkan secara kolektif pada suatu lansekap jalan untuk kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi, perlindungan dan kenikmatan pengguna jalan. Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga (1995), street furniture adalah segala bentuk kelengkapan jalan dan terletak di atas tanah dengan tujuan pengadaannya adalah untuk mencapai fungsi jalan secara optimum (dalam arti aman, nyaman dan indah).

Rubenstein (1992) menyatakan bahwa street furniture merupakan elemen dari jalur pejalan kaki dan membaginya atas:

  1. Paving. Dalam hal ini, sangat perlu untuk memperhatikan skala pola, warna, tekstur dan daya serap air. Material paving meliputi : beton, batu bata, dan aspal. Pemilihan ukuran,pola, warna dan tekstur yang tepat akan mendukung suksesnya sebuah desain suatu jalur pejalan kaki di kawasan perdagangan maupun plasa;
  2. Lampu, yang akan digunakan sebagai penerangan di waktu malam hari;
  3. Sign, merupakan rambu-rambu yang sifatnya untuk memberikan suatu identitas , informasi maupun larangan;
  4. Sculpture, rambu-rambu yang sifatnya untuk memberikan suatu identitas, informasi maupun larangan, atau menarik perhatian mata (vocal point), biasanya terletak di tengah maupun di depan plasa;
  5. Bollards, adalah pembatas antara jalur pedestrian dengan jalur kendaraan. Biasanya digunakan bersamaan dengan peletakan lampu;
  6. Bangku, untuk memberi ruang istirahat bila lelah berjalan, dan memberi waktu bagi pejalan kaki untuk menikmati suasana lingkungan sekitarnya. Bangku dapat terbuat dari logam, kayu, beton, atau batu;
  7. Tanaman peneduh, untuk pelindung dan penyejuk pejalan kaki;
  8. Telepon, biasanya disediakan bagi pejalan kaki jika ingin berkomunikasi dan sedapat mungkin didesain untuk menarik perhatian pejalan kaki;
  9. Kios, shelter, dan kanopi, keberadaannya dapat untuk menghidupkan suasana pada jalur pejalan kaki sehingga tidak monoton. Khususnya kios untuk aktifitas jual beli, bila sewaktu-waktu dibutuhkan oleh pejalan kaki. Shelter dibangun dengan tujuan melindungi terhadap cuaca, angin dan sinar matahari. Kanopi digunakan untuk mempercantik wajah bangunan dan dapat memberikan perlindungan terhadap cuaca;
  10. Jam, tempat sampah. Jam sebagai petunjuk waktu, bila diletakkan di ruang kota harus memperhatikan penempatannya. Karena jam dapat sebagai fokus atau landmark, sedangkan tempat sampah diletakkan di jalur pedestrian agar jalur tersebut tetap bersih, sehingga kenyamanan pejalan kaki tetap terjaga.

Elemen-elemen street furniture tersebut, jika perencanaan dan perancangannya dilakukan dengan mempertimbangkan elemen lingkungan sekitar agar menyatu sebagai sebuah komposisi yang menarik, akan dapat meningkatkan kualitas wajah kota (Winandari, 2010). Untuk itu, Carmona (2003) dalam Winandari (2010) menyatakan bahwa dalam menciptakan komposisi street furniture yang menarik, ada 6 (enam) prinsip yang harus dipertimbangkan, yaitu:

  1. Penggabungan desain street furniture (meminimalkan jumlah elemen street furniture di dalam area);
  2. Pengintegrasian semua elemen ke dalam satu unit (jika memungkinkan);
  3. Pemindahan semua street furniture yang berlebihan;
  4. Peningkatan kualitas lingkungan dan membantu membuat identitas yang logis;
  5. Pembatasan sebuah ruang dengan memperkuat kreasi;
  6. Penempatan street furniture yang tidak menghalangi jalur pedestrian atau kendaraan.

Perancangan street furniture tidak hanya harus mementingkan aspek fungsi, namun juga nilai visualnya. Jika perancangan street furniture mampu menghasilkan fungsi dan visual yang baik, maka akan dapat meningkatkan pengalaman ruang kota sehingga warga kota tersebut dapat menikmati ruang kota dengan nyaman dan menyenangkan.

 

Pustaka:

Harris, C.W; Dines, N.T. 1988. Time Saver Standard for Landscape Architecture. Mc Graw Hill Book Co: New York.

Mourthe, Claudia R; De Menezes, Joao Bezerra. 2000. Ergonomics Methodology for Comparative Study of Street Furniture in Differrent Cities. Proceedings of the IEA 2000/HFES 2000 Congress.

Moughtin, Cliff; Oc, Taner; Tiesdell, Steven. 1999. Urban Design: Ornament and Decoration. Second Edition. Architectural Press: Oxford.

Winandari, Maria Immaculata Ririk. 2010. Karakter Arsitektur Kota: Metode Pencarian Identitas Kota. Penerbit Universitas Trisakti: Jakarta.

Rubenstein, Harvey M. 1992. Pedestrian Malls, Streetscapes and Urban Spaces. John Wiley & Sons, Inc : New York.